01 Februari 2009

"TOKOH"


Akhir-akihr ini kita sering melihat dan mendengarkan berita tentang bangsa kita. Banyak orang yag di anggap sebagai tokoh bangsa memberikan pendapat tentang bangsa kita. Anehnya, dari sekian banyak pendapat itu, tak sedikit yang justru mencela bangsanya sendiri. Jangankan mencari cara untuk mengatasi masalah bangsa, mereka justru melecehkan dan menghina bangsanya. Prilaku para tokoh itu jauh dari kehendak yang diinginkan oleh rakyat Indonesia.
Banyak orang yang dianggap tokoh, tapi tak sedikit yang terpaksa menokohkan dirinya. Mereka dengan segala cara agar dijadikan tokoh oleh rakyat. Termasuk dengan cara menghujat, mencela, menghina, melecehkan sesama saudara sebangsa dan se tanah air. Mereka selalu berusaha agar disebut tokoh, walapun sebenarnya tak pantas disebut tokoh. Tidakkah mereka malu dengan rakyat yang sudah tahu dengan tabiat dan watak mereka. Mereka mengira dapat mengelabui rakyat. Tidak, mereka tak akan dapat mengelabui rakyatnya. Justru mereka sendiri yang mengelabui diri mereka sendiri. Apa yang telah mereka lakukan untuk bangsa ini belum seberapa dengan yang telah dilakukan oleh rakyat untuk mereka.
Rakyat berjuang, berkorban, mengabdi, demi keinginan para tokoh itu. Rakyat rela menderita dalam kemiskinan, keterbelakangan, penindasan, intimidasi, bahkan tak jarang ada yang berkorban nyawa demi para tokoh itu. Harta benda, keyakinan, ideologi, dan sebagainya rela dikorbankan oleh rakyat agar para tokoh itu dihormati, diagungkan, dimuliakan, serta diberi berbagai gelar dan tanda kehormatan. Rakyat rela miskin, hidup terlantar, merana, tergusur, dan segala macam kekurangan yang dirasakan, semua itu demi si tokoh. Rakyat rebutan nasi bungkus, rakyat rebutan sampah, rakyat rebutan, lahan, rakyat rebutan air, sementara tokoh rebutan kekuasaan, rebutan pengaruh, rebutan harta, rebutan kekayaan. Dua hal yang saling bertolak belakang. Akankah para tokoh itu sadar akan penderitaan rakyatnya.
Dalam kamus populer, tokoh diartikan sebagai orang yang memiliki keunggulan dan mempunyai jasa besar dalam organisasi dan sebagainya. Tokoh-tokoh bangsa yang ada sekarang ini banyak yang tidak memiliki kualifikasi seperti pengertian dalam kamus tersebut. Patut dipertanyakan keunggulan apa yang para tokoh itu miliki. Belum lagi bila dipertanyakan jasanya bagi bangsa dan Negara ini. Tapi, banyak diantara mereka yang tak tahu malu, mengaku memiliki keunggulan dan berjasa besar, padahal mereka tak lebih seperti kodok yang memiliki suara nyaring tapi penakut. Bahkan mereka hanya pandai berkoar-kora saja, sementara perbuatan mereka sangat sedikit yang dapat memberikan pencerahan kepada rakyatnya.
Para tokoh itu selalu menuntut balas jasa atas apa yang mereka lakukan kepada bangsa ini. Mereka selalu pamrih, tak ikhlas, serakah, dan ambisius. Rakyat yang selalu menjadi korban, dan bahkan selalu terpojokkan selalu menjadi kambing hitam. Mereka menjual rakyatnya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Pantaskah mereka disebut tokoh.
Kita tentu menyadari bahwa dari sekian banyak tokoh itu, tentu ada yang layak dijadikan tokoh yang sebenarnya. Umumnya mereka yang the real tokoh tak mau memamerkan dirinya seperti tokoh kamuflase itu. Mereka bekerja dengan keikhlasan yang tinggi, sepi dari hangar-bingar kemewahan, penghormatan, kekuasaan, dan bahkan tak jarang para tokoh ini berkubang dengan penderitaan dan kekurangan, senasib dengan rakyatnya yang masih berada di tepi jurang penderitaan. 
Kita merindukan mereka, kita sangat berharap mereka akan tampil dipanggung kekuasaan, bekerja dan berusaha bersama rakyat, membangun bangsa dan Negara tanpa tuntutan balas jasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar